, Sri Lanka
Photo by Karolina Grabowska from Pexels

Sri Lankan insurers to breathe easy post-debt restructuring: Fitch Ratings

A weak financial performance outlook is still expected from Sri Lankan domestic insurers.

Sri Lankan insurers will most likely see fewer risks in investment and liquidity post-debt restructuring plans of the Sri Lankan government, Fitch Ratings observed.

This plan is expected to have no direct impact on the local-currency government debt holdings of insurers, banks, and non-banking financial institutions, easing pressure on their investment and capital profiles, the ratings agency said.

Sri Lankan insurers' investment and liquidity risk profiles are closely linked to the sovereign, banks, and non-bank financial institutions. 

Their investment portfolios are predominantly composed of fixed-income securities issued or guaranteed by the government, corporate debt, and deposits with local banks and non-banking financial institutions.

Foreign-currency liquidity in the local banking system remains limited, impacting insurers' ability to meet foreign-currency obligations such as reinsurance payments and claim obligations from foreign currency-denominated policies. 

ALSO READ: WTW introduces insurance solution to protect Sri Lankan aqua farm

However, Fitch-rated insurers have foreign-currency deposits with local banks to support their foreign-currency obligations, and their foreign-currency insurance contract obligations are mostly reinsured.

Additionally, Fitch maintains a Rating Watch Negative (RWN) on Sri Lankan insurers due to high investment and liquidity risks, pressure on regulatory capital positions, and a weak financial performance outlook. 

While the proposed debt restructuring may not directly affect local-currency government debt holdings, it will impact insurers' holdings of foreign-currency-denominated Sri Lanka Development Bonds (SLDBs).

Follow the link for more news on

BRI Life mengandalkan kanal bancassurance di tengah permintaan asuransi yang meningkat

Hingga November 2023, kanal bancassurance berkontribusi sebesar 81% dari total pendapatan premi BRI Life.

Allianz Syariah menawarkan asuransi Syariah untuk seluruh masyarakat Indonesia

Tingkat literasi dan inklusi keuangan syariah yang masih rendah mendorong perusahaan menerapkan langkah jangka pendek dan panjang.

CEO MSIG Asia berbagi pendekatan terhadap evolusi manajemen risiko

CEO Clemens Philippi menjelaskan alasan MSIG Asia berpegang pada strategi berbasis Jepang untuk berpikir jangka panjang dan keberlanjutan.

Zurich memprediksi sektor UMKM sebagai potensi pertumbuhan untuk asuransi embedded

Roopa Malhotra dari Zurich mengadvokasi asuransi embedded, menekankan sifat kontekstualnya sebagai katalisator kesadaran dan adopsi nasabah.

Bagaimana Singlife berencana untuk memperbesar penetrasi asuransi di Filipina melalui GCash

Para ekspert menyoroti paparan ekonomi negara tersebut terhadap perubahan iklim.

Titan-titan asuransi dan perbankan Asia berjanji untuk mengambil tindakan terhadap perubahan iklim

Pemimpin-pemimpin asuransi dan perbankan bergabung untuk mengatasi perubahan iklim, dengan menekankan perlunya investasi berkelanjutan dan strategi transisi yang inklusif.

Penurunan bisnis asuransi kredit memengaruhi Asuransi Asei Indonesia

Penurunan pada segmen asuransi kredit pada 2023 memengaruhi premi bruto perusahaan asuransi tersebut.

Perubahan dalam regulasi asuransi memicu transformasi industri pada 2024

CEO MSIG Asia menyatakan 2024 sebagai tahun pertumbuhan bagi perusahaan asuransi, namun memperingatkan dampak regulasi dan sosio-ekonomi yang bervariasi.

Mengapa embedded insurance menjadi keharusan

Sebagian besar, sekitar 16% dari pendapatan asuransi di Asia kini berasal dari embedded insurance.

Warga Singapura berjuang dengan cakupan penyakit kritis meskipun terjadi penurunan dalam kesenjangan perlindungan

Chief marketing dan proposition officer  AIA SG mengharapkan perusahaan asuransi dapat lebih baik menyesuaikan diri dengan tuntutan konsumen pada 2024.