, South Korea
/Shutterstock

IFRS 17, K-ICS weakens average solvency ratio

The adoption of K-ICS drove operational strategies of Korean insurers to focus on expanding sales of protection-type products with high profitability. 

The implementation of Korean Insurance Capital Standards’ (K-ICS) stricter risk measurement has resulted in a decline in the average solvency ratio of South Korea's insurance industry, according to a report by AM Best 

The K-ICS, introduced alongside the adoption of IFRS 17 accounting standards in January 2023, aims to enhance risk management practices in line with global standards.

Under K-ICS, insurers' assets and liabilities are evaluated using mark-to-market approaches, differing from the previous risk-based capital (RBC) regime.

Key changes include the introduction of new risk categories such as longevity, lapse, expense, catastrophe, and asset concentration risks.

Although the impact on solvency ratios was less severe than anticipated, K-ICS's economic value-based model and stricter risk measurement are expected to exert downward pressure on solvency ratios, particularly for insurers with weaker asset liability management.

However, the current high market interest rates and insurers' efforts to enhance asset liability management could partly mitigate this pressure.

ALSO READ: Capital pressures linger as insurers adopt new accounting rule in South Korea

The transitional measures introduced by the Financial Supervisory Service have aided insurers in navigating the transition to K-ICS without significant drops in solvency ratios.

The adoption of K-ICS has influenced the operational strategies of Korean insurers, leading to a focus on expanding sales of protection-type products with high profitability. 

Additionally, the amortisation of contractual service margin (CSM) under IFRS 17 is expected to contribute to organic capital growth over time. 

Moreover, as assets and liabilities are measured at market value under K-ICS, a narrower duration gap would reduce insurers' solvency sensitivity to interest rate fluctuations.

 

Follow the link s for more news on

BRI Life mengandalkan kanal bancassurance di tengah permintaan asuransi yang meningkat

Hingga November 2023, kanal bancassurance berkontribusi sebesar 81% dari total pendapatan premi BRI Life.

Allianz Syariah menawarkan asuransi Syariah untuk seluruh masyarakat Indonesia

Tingkat literasi dan inklusi keuangan syariah yang masih rendah mendorong perusahaan menerapkan langkah jangka pendek dan panjang.

CEO MSIG Asia berbagi pendekatan terhadap evolusi manajemen risiko

CEO Clemens Philippi menjelaskan alasan MSIG Asia berpegang pada strategi berbasis Jepang untuk berpikir jangka panjang dan keberlanjutan.

Zurich memprediksi sektor UMKM sebagai potensi pertumbuhan untuk asuransi embedded

Roopa Malhotra dari Zurich mengadvokasi asuransi embedded, menekankan sifat kontekstualnya sebagai katalisator kesadaran dan adopsi nasabah.

Bagaimana Singlife berencana untuk memperbesar penetrasi asuransi di Filipina melalui GCash

Para ekspert menyoroti paparan ekonomi negara tersebut terhadap perubahan iklim.

Titan-titan asuransi dan perbankan Asia berjanji untuk mengambil tindakan terhadap perubahan iklim

Pemimpin-pemimpin asuransi dan perbankan bergabung untuk mengatasi perubahan iklim, dengan menekankan perlunya investasi berkelanjutan dan strategi transisi yang inklusif.

Penurunan bisnis asuransi kredit memengaruhi Asuransi Asei Indonesia

Penurunan pada segmen asuransi kredit pada 2023 memengaruhi premi bruto perusahaan asuransi tersebut.

Perubahan dalam regulasi asuransi memicu transformasi industri pada 2024

CEO MSIG Asia menyatakan 2024 sebagai tahun pertumbuhan bagi perusahaan asuransi, namun memperingatkan dampak regulasi dan sosio-ekonomi yang bervariasi.

Mengapa embedded insurance menjadi keharusan

Sebagian besar, sekitar 16% dari pendapatan asuransi di Asia kini berasal dari embedded insurance.

Warga Singapura berjuang dengan cakupan penyakit kritis meskipun terjadi penurunan dalam kesenjangan perlindungan

Chief marketing dan proposition officer  AIA SG mengharapkan perusahaan asuransi dapat lebih baik menyesuaikan diri dengan tuntutan konsumen pada 2024.