, APAC
/AbsolutVision from Pixabay

Conduct risk puts 54% of insurance CROs on high alert

38% of APAC insurers are implementing AI tools, higher than the global average of 22%.

The Asia Pacific's insurance Chief Risk Officers (CROs) are grappling with a unique set of challenges, with conduct risk, cybersecurity, and business model changes topping their list of concerns. 

Conduct risk, in particular, is viewed as the most significant threat by 54% of Asia-Pacific CROs, compared to 19% globally, reflecting the regulatory landscape's influence, survey results by EY and the Institute of International Finance (IIF) showed.

“CROs globally face challenges that are broadly consistent, yet the emphasis and prioritisation of specific risks differ across regions. With conduct-related regulations established in several markets in the region, including Australia, Hong Kong, Malaysia and Singapore, it makes sense for CROs in Asia-Pacific to make it a big focus area.” Tze Ping Chng, EY Asia-Pacific Consulting Insurance Sector Leader, said in a media release.

In terms of AI adoption, APAC insurers are ahead of the curve, with 38% already implementing automation and advanced analytics, including AI and machine learning. 

ALSO READ: MSIG Asia’s CEO shares approach to risk management evolution

These technologies are leveraged for fraud monitoring, risk assessments, and internal reporting, underscoring the region's proactive approach to innovation and risk management.

Looking ahead, CROs across the globe anticipate geopolitical and environmental risks to dominate the landscape in the next three years. 

In the region, concerns around geopolitical risks, environmental risks, and cybersecurity are particularly pronounced, highlighting the region's unique challenges and the need for a robust risk management strategy.

The survey, encompassing 68 insurance carriers across 15 countries, sheds light on the evolving risk landscape and regional disparities, offering insights into the strategic priorities of insurance CROs in APAC and beyond.

Follow the link for more news on

BRI Life mengandalkan kanal bancassurance di tengah permintaan asuransi yang meningkat

Hingga November 2023, kanal bancassurance berkontribusi sebesar 81% dari total pendapatan premi BRI Life.

Allianz Syariah menawarkan asuransi Syariah untuk seluruh masyarakat Indonesia

Tingkat literasi dan inklusi keuangan syariah yang masih rendah mendorong perusahaan menerapkan langkah jangka pendek dan panjang.

CEO MSIG Asia berbagi pendekatan terhadap evolusi manajemen risiko

CEO Clemens Philippi menjelaskan alasan MSIG Asia berpegang pada strategi berbasis Jepang untuk berpikir jangka panjang dan keberlanjutan.

Zurich memprediksi sektor UMKM sebagai potensi pertumbuhan untuk asuransi embedded

Roopa Malhotra dari Zurich mengadvokasi asuransi embedded, menekankan sifat kontekstualnya sebagai katalisator kesadaran dan adopsi nasabah.

Bagaimana Singlife berencana untuk memperbesar penetrasi asuransi di Filipina melalui GCash

Para ekspert menyoroti paparan ekonomi negara tersebut terhadap perubahan iklim.

Titan-titan asuransi dan perbankan Asia berjanji untuk mengambil tindakan terhadap perubahan iklim

Pemimpin-pemimpin asuransi dan perbankan bergabung untuk mengatasi perubahan iklim, dengan menekankan perlunya investasi berkelanjutan dan strategi transisi yang inklusif.

Penurunan bisnis asuransi kredit memengaruhi Asuransi Asei Indonesia

Penurunan pada segmen asuransi kredit pada 2023 memengaruhi premi bruto perusahaan asuransi tersebut.

Perubahan dalam regulasi asuransi memicu transformasi industri pada 2024

CEO MSIG Asia menyatakan 2024 sebagai tahun pertumbuhan bagi perusahaan asuransi, namun memperingatkan dampak regulasi dan sosio-ekonomi yang bervariasi.

Mengapa embedded insurance menjadi keharusan

Sebagian besar, sekitar 16% dari pendapatan asuransi di Asia kini berasal dari embedded insurance.

Warga Singapura berjuang dengan cakupan penyakit kritis meskipun terjadi penurunan dalam kesenjangan perlindungan

Chief marketing dan proposition officer  AIA SG mengharapkan perusahaan asuransi dapat lebih baik menyesuaikan diri dengan tuntutan konsumen pada 2024.