, APAC
241 views
/Carl Kho from Unsplash

Commitment issues rise amidst climate risks dampen insurance reliability

Typhoon Koinu alone in 2023 led to over $500m in insurance claims.

Despite insurance being top-of-mind when it comes to Asia’s volatile environment, FM Global points out that one of the challenges in obtaining insurance is the commitment to mitigate climate risks.

The annual monsoon season from May to October regularly causes devastating floods in countries like Thailand and Malaysia, while typhoons frequently hit the Philippines, South Korea, and Hong Kong from July to September. 

The Philippines faces an average of 20 typhoons per year, including powerful ones like 2022's Typhoon Rai, which caused $215m in agricultural losses. 

Typhoon Koinu in 2023 led to over $500m in insurance claims and significant disruptions in Hong Kong. Malaysia also faced substantial damages to public assets and agriculture due to flooding in 2023.

The growing frequency and severity of these events have led to a greater urgency in addressing infrastructure and supply chain losses. 

Companies are under increasing regulatory and stakeholder pressure to evaluate and measure the financial impact of these risks. Investors also demand long-term risk mitigation strategies to enhance resilience.

In disaster-prone Asia, measures might include relocating production lines to safer areas, installing wind-resistant roofing, or applying new site selection criteria. These often require financial investment but are critical for reducing the severity of future risk impacts.

For business decision-makers, climate risk presents a clear choice between resilience and disruption. Opting for resilience can significantly reduce exposure to business disruption. 

As the region grapples with the combined social and economic impacts of high-impact weather events, enhancing climate resilience is critical for future stability.

Follow the link s for more news on

BRI Life mengandalkan kanal bancassurance di tengah permintaan asuransi yang meningkat

Hingga November 2023, kanal bancassurance berkontribusi sebesar 81% dari total pendapatan premi BRI Life.

Allianz Syariah menawarkan asuransi Syariah untuk seluruh masyarakat Indonesia

Tingkat literasi dan inklusi keuangan syariah yang masih rendah mendorong perusahaan menerapkan langkah jangka pendek dan panjang.

CEO MSIG Asia berbagi pendekatan terhadap evolusi manajemen risiko

CEO Clemens Philippi menjelaskan alasan MSIG Asia berpegang pada strategi berbasis Jepang untuk berpikir jangka panjang dan keberlanjutan.

Zurich memprediksi sektor UMKM sebagai potensi pertumbuhan untuk asuransi embedded

Roopa Malhotra dari Zurich mengadvokasi asuransi embedded, menekankan sifat kontekstualnya sebagai katalisator kesadaran dan adopsi nasabah.

Bagaimana Singlife berencana untuk memperbesar penetrasi asuransi di Filipina melalui GCash

Para ekspert menyoroti paparan ekonomi negara tersebut terhadap perubahan iklim.

Titan-titan asuransi dan perbankan Asia berjanji untuk mengambil tindakan terhadap perubahan iklim

Pemimpin-pemimpin asuransi dan perbankan bergabung untuk mengatasi perubahan iklim, dengan menekankan perlunya investasi berkelanjutan dan strategi transisi yang inklusif.

Penurunan bisnis asuransi kredit memengaruhi Asuransi Asei Indonesia

Penurunan pada segmen asuransi kredit pada 2023 memengaruhi premi bruto perusahaan asuransi tersebut.

Perubahan dalam regulasi asuransi memicu transformasi industri pada 2024

CEO MSIG Asia menyatakan 2024 sebagai tahun pertumbuhan bagi perusahaan asuransi, namun memperingatkan dampak regulasi dan sosio-ekonomi yang bervariasi.

Mengapa embedded insurance menjadi keharusan

Sebagian besar, sekitar 16% dari pendapatan asuransi di Asia kini berasal dari embedded insurance.

Warga Singapura berjuang dengan cakupan penyakit kritis meskipun terjadi penurunan dalam kesenjangan perlindungan

Chief marketing dan proposition officer  AIA SG mengharapkan perusahaan asuransi dapat lebih baik menyesuaikan diri dengan tuntutan konsumen pada 2024.